MATERI FISIKA TANPA RUMUS

Philip W. Anderson, Physics Today 43 (2), 9 (1990)
Dalam sebuah seminar, Yohanes Surya memberikan contoh-contoh bagaimana memecahkan soal-soal fisika tanpa rumus dan terbukti bahwa tanpa rumus-rumus, soal-soal fisika dapat dipecahkan.
Yohanes Surya mengatakan bahwa: fisika yang mudah itu, yang telah ia kembangkan, adalah fisika yang tanpa rumus. Selama ini memang fisika dianggap keliru oleh banyak orang, fisika dianggap hanya rumus, rumus, dan rumus saja. Oleh karena itu, katanya, sekarang ini ia telah mengembangkan fisika yang tanpa rumus. Dengan fisika tanpa rumus ini, katanya juga, kita bisa menyelesaikan soal-soal sesulit apapun. Sebagai contohnya, Yohanes Surya pun memberi contoh sederhana soal fisika yang bisa diselesaikan tanpa rumus. Misalnya salah satu soalnya begini:
Dua sepeda bergerak berhadapan. Sepeda pertama bergerak dengan kecepatan 4 meter/detik, sepeda kedua bergerak dengan kecepatan 6 meter/detik. Bila jarak mereka (mula-mula) adalah 30 meter, kapan kedua sepeda itu bertemu (berpapasan)?
Dikatakan oleh Yohanes Surya bahwa, biasanya soal seperti ini diselesaikan dengan rumus-rumus yang rumit. Di sini, ia akan tunjukkan bahwa soal tersebut bisa diselesaikan hanya dengan “logika” sederhana saja. Jawaban soal itu begini:
Sepeda pertama bergerak dengan kecepatan 4 meter/detik, artinya dalam satu detik sepeda tersebut menempuh 4 meter. Sepeda kedua bergerak dengan kecepatan 6 meter/detik, artinya dalam satu detik sepeda tersebut menempuh 6 meter. Sehingga dalam satu detik total jarak yang ditempuh kedua sepeda adalah 10 meter. Karena jarak kedua sepeda tadi adalah 30 meter, maka kedua sepeda akan bertemu (berpapasan) pada detik ketiga.
Lebih lanjut Yohanes surya menyatakan bahwa, selama ini guru-guru di sekolah, untuk menyelesaikan soal tadi menggunakan “rumus yang panjang-panjang”. Yang akibatnya, kebanyakan siswa tak mampu mengikutinya.
Setelah saya menyaksikan how to solve physics problems without formulas pada seminar itu, selain mendapat pengetahuan tentang fisika tanpa rumus, saya pun jadi terkenang dengan
1
pembelajaran saya di kelas sekitar tujuh belas tahun yang lalu. Ketika itu saya awal mengajar fisika, dan saya merasa bangga bila dapat menurunkan rumus-rumus fisika sampai penuh di papan tulis! ☺ Fisika Tanpa Rumus yang dikemukakan oleh Yohanes Surya, menyadarkan saya bahwa, mestinya seorang guru mampu menunjukkan pada siswanya betapa mudah dan indahnya fisika. Seorang guru mampu menunjukkan betapa enak dan rileksnya belajar fisika. Seorang guru mampu mengantar siswanya mengerti berbagai fenomena alam lewat fisika dengan begitu sederhananya. Itulah sebabnya, saya pun ingin memahami fisika yang tanpa rumus itu.
Kembali ke Fisika Tanpa Rumus dari Yohanes Surya tadi. Bila dicermati, yang dikatakan Yohanes Surya adalah bahwa, fisika yang mudah adalah fisika yang tanpa rumus. Pernyataan ini menarik sekali. Ya sangat menarik! Kenapa? Menariknya karena, Yohanes Surya tak (berani ☺) berkata “fisika yang tanpa matematika”. Dari perkataannya ini, saya dapat mengatakan bahwa, keberadaan fisika itu bergantung pada keberadaan matematika. Tanpa matematika, fisika tak akan bisa berbuat banyak. Walaupun, matematika yang harus ”menyesuaikan” dengan alam fisika bukan alam fisika yang ”ikut” matematika. Yohanes Surya pun pernah mengemukakan bahwa salah satu dampak dari adanya olimpiade fisika adalah terciptanya pengembangan pengajaran fisika yang asyik dan menarik yaitu dengan menggunakan rumus sesedikit mungkin (atau tanpa rumus) dalam mengerjakan soal-soal fisika.
Lalu, perkataan “fisika tanpa rumus” itu maksudnya apa? Saya pikir maksudnya adalah: pengerjaan atau penjelasan atau penyelesaian soal-soal/masalah fisika yang (hampir) tanpa melibatkan simbol-simbol matematika. Atau dengan kata lain, pembelajaran fisika yang lebih mengacu pada pendekatan yang digunakan, yaitu penguasaan konsep-konsep fisika.
Lantas, bila soal tadi diselesaikan dengan “fisika yang pakai rumus”, bagaimana menyelesaikannya? Saya pikir, soal tadi dapat saya selesaikan seperti berikut ini.
Misalkan A adalah tempat mula-mula sepeda pertama, B adalah tempat mula-mula sepeda kedua. Jarak A dan B adalah 30 meter. Misalkan lagi X adalah jarak tempuh sepeda pertama dan X adalah jarak tempuh sepeda kedua. Perhatikan gambar berikut.12
A
B
30 meter
X1
X2
2
Misalkan v dan v masing-masing adalah kecepatan sepeda pertama dan kedua, dan misalkan juga t dan t masing-masing adalah waktu tempuh sepeda pertama dan kedua, maka kedua sepeda tersebut akan berpapasan pada saat t = t. Sehingga untuk mencari waktu pada saat berpapasan adalah seperti berikut.121212
t = t12
X /v = X /v1122
v.X = v .X1221
v(30 - X) = v.X1121
4(30 - X) = 6X11
120 - 4X = 6X11
10X = 1201
X = 121
Sehingga, kedua sepeda akan berpapasan pada saat t = X/v = 12/4 = 3. Artinya sepeda akan bertemu/berpapasan pada 111detik yang ketiga.
Selain dapat menentukan waktu saat berpapasannya kedua sepeda, dengan cara ini, kita juga bisa tahu jarak tempuh masing-masing sepeda pada saat berpapasan. Yaitu, jarak tempuh sepeda pertama adalah X = 12 meter, dan jarak tempuh sepeda kedua adalah X = 30 - X = 30 - 12 = 18 meter. 121
Silakan pilih! Lebih suka “fisika yang pakai rumus” atau “yang tanpa rumus”? Kalau saya sih dua-duanya suka. ☺
Yah, fisika…. I have ever loved you. ♥
Bandar Lampung, 7 Oktober 2007 pukul 2: 10
Zainal Abidin
SMAN 3 Bandar Lampung
Jl. Khairil Anwar 30 Bandar Lampung
Lampung 35116
3

0 komentar:

Posting Komentar